Ibu, maafkan aku...
Cermin dihadapan memandangku pilu
Hening menemani sepi pada sebuah pagi yang tiada lagi arti
Yang terlihat kini, hanyalah diriku sendiri dengan tangis tiada henti
Nestapa telah menyapaku tanpa iba
Tertatih sendiri tanpa ada lagi ibu disisi
Ia telah pergi, menghadap Tuhan yang maha tinggi
Air mata adalah teman yang paling mengerti
Duka dan nestapa adalah sahabat lama yang paling setia
Untuk apa aku disini?
Mengurung cinta pada sepi
Memenjarakan hati pada sunyi
Ku dekap diriku yang mulai memeluk rindu
Untuk apa aku bertahan, keluhku saat itu
Salah apakah aku?
Ungkapku pada diri sendiri di depan cermin tak bertepi
Menyadari tak ada jawaban dari sebuah benda mati
Aku melenggang pergi menyusuri sanubari
Waktu adalah sebaik-baiknya harta saat ini
Andai dapat ku ulang, mungkin takkan ada penyesalan
Ringkih tangan ini memohon kepada sang kuasa
Duka yang telah tercipta begitu menyesakkan dada
Andai dapat ku ulang, mungkin takkan ada penyesalan
Namun, seberapapun penyesalan takkan pernah bisa mengubah keadaan
Ibu, maafkan aku..
lirihku didepan cermin itu
Pict by gelasisi.files.wordpress.com
Komentar
Posting Komentar