Ketika sebuah karya, menjadi kado terbaik saat bertambahnya usia
Pada saat itu, tepatnya pada hari minggu tanggal 19 Agustus 2018 adalah hari yang berkesan bagi saya. Untuk pertama kalinya, saya mengikuti kegiatan cipta puisi Nasional di Museum Mulawarman, Tenggarong, Kalimantan Timur. Saya yang sebelumnya tidak pernah mengikuti lomba, tentu saja merasa gugup. Namun disisi lain, saya juga merasa sangat antusias. Tema yang diusung tentu saja seputar museum. Untung saja, tepat satu minggu yang lalu saya baru saja mengunjungi museum ini bersama kakak sepupu yang berasal dari Bandung. Jadi setidaknya, saya sudah mengetahui sedikit tentang museum ini. Padahal sudah hampir 3 tahun saya tinggal disini, dan baru kali itu saya masuk ke museum Mulawarman. Itupun karena kakak sepupu saya yang meminta, jika tidak, mungkin sampai sekarang saya belum tahu seperti apa dalam museum tersebut. Mengingat semua itu, tentu saja saya merasa sangat beruntung. Seperti kebetulan, bukan? Memang, karena takdir adalah kebetulan yan disengaja.
Karena pengumuman pemenang lomba akan diumumkan langsung hari itu juga. Peserta lomba yang telah menyelesaikan naskahnya diperkenankan masuk ke museum secara gratis, sambil menunggu panitia mengumumkan siapa juaranya. Kami berempat—ditemani seorang pembina yang merupakan guru kami—memasuki museum Mulawarman. Kami melihat berbagai macam benda sejarah peninggalan kerajaan Mulawarman, singgasana, tempat makan, mahkota, sampai tempat tidur raja.
Kami juga masuk ke ruangan bawah tanah museum, yang di dalamnya terdapat keramik dan guci-guci. Pencahayaan didalam sangat terbatas. Suasananya juga sangat mencekam, sepi, dan lembab. Karena ada salah satu dari kami yang tidak tahan berada disitu—ia merasakan aura makhluk halus— kami pun bergegas pergi ke atas dan memutuskan untuk keluar dari museum.
Tak lama setelah itu kami menunggu waktu pengumuman pemenang lomba cipta puisi disebuah ruangan yang di dalamnya disertai panggung yang cukup besar. Sambil menunggu, saya mengirim beberapa pesan kepada orang tua, meminta doa mereka. Sungguh, rasanya begitu mendebarkan sekali. Pengumuman pemenang diumumkan mulai dari juara tiga.
Penyebutan pertama, bukan nama saya yang disebut. Entah kenapa, ada perasaan yakin dalam diri bahwa saya mampu melewati semuanya. Tiba di penyebutan kedua, yang berarti mengumumkan siapa juara keduanya. Saya mendengar nama saya disebut, bersamaan dengan itu, guru pembimbing dan teman-teman sontak menghampiri memberi ucapan selamat.
Sungguh, rasanya bahagia sekali. Perasaan senang dan haru bercampur menjadi satu. Rasanya ingin menangis, tangis bahagia. Saya sangat bersyukur kepada Allah, dan saya yakin salah satu penyebab semua ini karena doa kedua orang tua.
Kebetulan juga, tepat 5 hari yang lalu, saya berulang tahun. Dan saya rasa inilah kado terindah yang pernah saya terima.
Karena pengumuman pemenang lomba akan diumumkan langsung hari itu juga. Peserta lomba yang telah menyelesaikan naskahnya diperkenankan masuk ke museum secara gratis, sambil menunggu panitia mengumumkan siapa juaranya. Kami berempat—ditemani seorang pembina yang merupakan guru kami—memasuki museum Mulawarman. Kami melihat berbagai macam benda sejarah peninggalan kerajaan Mulawarman, singgasana, tempat makan, mahkota, sampai tempat tidur raja.
Kami juga masuk ke ruangan bawah tanah museum, yang di dalamnya terdapat keramik dan guci-guci. Pencahayaan didalam sangat terbatas. Suasananya juga sangat mencekam, sepi, dan lembab. Karena ada salah satu dari kami yang tidak tahan berada disitu—ia merasakan aura makhluk halus— kami pun bergegas pergi ke atas dan memutuskan untuk keluar dari museum.
Tak lama setelah itu kami menunggu waktu pengumuman pemenang lomba cipta puisi disebuah ruangan yang di dalamnya disertai panggung yang cukup besar. Sambil menunggu, saya mengirim beberapa pesan kepada orang tua, meminta doa mereka. Sungguh, rasanya begitu mendebarkan sekali. Pengumuman pemenang diumumkan mulai dari juara tiga.
Penyebutan pertama, bukan nama saya yang disebut. Entah kenapa, ada perasaan yakin dalam diri bahwa saya mampu melewati semuanya. Tiba di penyebutan kedua, yang berarti mengumumkan siapa juara keduanya. Saya mendengar nama saya disebut, bersamaan dengan itu, guru pembimbing dan teman-teman sontak menghampiri memberi ucapan selamat.
Sungguh, rasanya bahagia sekali. Perasaan senang dan haru bercampur menjadi satu. Rasanya ingin menangis, tangis bahagia. Saya sangat bersyukur kepada Allah, dan saya yakin salah satu penyebab semua ini karena doa kedua orang tua.
Kebetulan juga, tepat 5 hari yang lalu, saya berulang tahun. Dan saya rasa inilah kado terindah yang pernah saya terima.
Luka Museum
Dibalik perjuangan yang nestapa
Dibalik budaya yang terlupa
Semuanya telah lenyap begitu saja
Hanyut, tenggelam bersama senja di kota raja
Pada sebuah remang yang tak tenang
Kalbu ku menerawang jauh pada dunia dikala petang
Aku bertanya pada ilalang tua di bawah jendela
Apa yang lebih menyakitkan daripada luka?
Menyaksikan cerita anak semesta, yang telah melupakan budaya, katanya
Oh ilalang tua..
Kemana harus ku cari
Kemana harus ku jamah
Untuk sekedar mengenang budaya
Yang telah memudar seiring bertambahnya usia
Duhai anak muda, pergilah ke museum
Lihatlah yupa, patung lebuswana, dan peninggalan para Raja
Pelajarilah semuanya, namun kenang sekenanya
Teruslah mengais harap dengan do'a
Agar budaya ini senantiasa terjaga
Jika ku perhatian dengan seksama
Saat ini bangsa kita tak lagi sama
Toleransi yang tak lagi tinggi
Keyakinan yang kian hari kian terbagi
Di tanah yang kian melebur ini,
Apakah kau tak ingin beranjak untuk pergi?
Tentang tawa yang dibalas luka
Tentang cinta yang di balas dusta
Dan tentang budaya yang tak lagi bersua
Ku tanya sekali lagi,
Apakah kau tak ingin beranjak untuk pergi?
Aku tak akan pergi, seru ku lantang pada setiap penduduk bumi
Akan ku pertahankan budaya ini, bahkan hingga nadi tak berdenyut lagi
Museum ini akan menjadi saksi
Bahkan hingga nanti aku mati,
Budaya akan tetap ku ikat
Berpelukan erat bersama tali kubur ini
Nah, itu adalah puisi yang saya buat sewaktu lomba. Yang ternyata, bisa mendapatkan juara ke 2. Sekali lagi, saya sangat bersyukur. Teruntuk teman-teman yang sedang meraih mimpi apapun, jangan lupa untuk selalu meminta doa kepada orangtua, karena kekuatan doa tersebut begitu dahsyat dan InsyaaAllah, akan selalu dikabulkan oleh Allah swt.
Komentar
Posting Komentar